Rabu, 19 November 2014

Strategi Bersaing, Organisasi Belajar dan Budaya Organisasi

Strategi Bisnis Di Era Yang Berubah

Jika kita melihat era tahun 1980-an, siapa menyangka saat ini kita dapat belanja melalui jaringan internet ke seluruh dunia hanya dengan melakukan “klik”ke komputer dari ruang kamar kita? Ini adalah gambaran kehidupan yang selalu ditandai dengan perubahan. Kita menyaksikan hal-hal yang tidak kita duga sebelumnya. Artinya, sampai kapan pun, kita akan terus berhadapan dengan perubahan. Tak terkecuali di dunia bisnis. 

“ Bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal kecuali perubahan itu sendiri”

Dalam dunia bisnis kita menyaksikan banyak perusahaan yang mengalami pasang surut. Keunggulan yang dimiliki suatu perusahaan yang diharapkan dapat bertahan lama sebagai andalan dalam menghadapi persaingan, ternyata kini tidak berkutik menghadapi keunggulan baru yang diciptakan pesaing. Seperti persaingan yang ditandai dengan dinamika tinggi tersebut oleh Richard D’Aveni (1994) disebut dengan hypercompetition.


Keunggulan Bersaing (Richard D’Aveni)
  1. Setiap Keunggulan akan Mengalami Aus
  2. Mempertahankan Keunggulan Bertahan Lama Berarti Merugikan Diri Sendiri
  3. Tujuan Suatu Strategi adalah Menurunkan Status Quo, Bukan Mempertahankan Keunggulan Lama
  4. Mengambil inisiatif dengan langkah langkah pendek
Dalam situasi yang statis, keunggulan bersaing suatu perusahaan dapat bersumber dari kesuksesan dalam empat arena persaingan, yaitu: arena harga dan mutu, waktu dan pengetahuan, daerah kekuasaan serta sumber daya yang lebih besar.
Inovasi menjadi salah satu kunci yang paling penting untuk mencapai keunggulan bersaing.

Menurut Stoner (1995) bahwa dalam dunia usaha ini, menjadi kreatif dan inovatif merupakan hal yang lebih penting dibandingkan dengan era sebelumnya. Inovasi sangat berperan dalam menciptakan keunggulan bersaing, namun bagaimanakah mewujudkan kegiatan inovasi tersebut dalam suatu organisasi atau perusahaan

ORGANISASI BELAJAR
Sumber daya manusia yang berkualitas, merupakan syarat terwujudnya organisasi berbasis pengetahuan (organizational knowledge creation.)
Proses belajar ini harus dibudayakan dalam organisasi sehingga sumber daya manusia di dalamnya menjadi collective learners (manusia-manusia pembelajar secara kolektif). Organisasi yang demikian ini sering disebut dengan istilah organisasi belajar (learning organization).

Ada beberapa faktor yang sangat berperan dalam mendukung terwujudnya organisasi belajar, antara lain:

  1. Penguasaan individu
  2. Pembelajaran dalam kelompok
  3. Visi bersama
  4. Budaya pembelajaran dalam organisasi
  5. Struktur dan sistem yang mendukung

BUDAYA PERUSAHAAN

“Suatu filosofi, norma, kepercayaan dan nilai-nilai yang menjadi pedoman seluruh jajaran anggota organisasi dalam menghadapi masalah eksternal dan internal sehingga semua jajarang anggota organisasi menerima dan memahami filosofi, norma, kepercayaan dan nilai-nilai tersebut sebagai dasar bertindak dan berperilaku”

Menurut Schein, ada tiga tingkatan budaya, yaitu:
1.      Artifak
2.      Nilai nilai yang didukung
3.      Asumsi Dasar

Hubungan antara budaya dengan kinerja perusahaan ( Kotter dan Heskett :1987 )
      Teori I: Suatu budaya perusahaan dianggap kuat apabila nilai-nilai yang sudah terinternalisasi secara mendalam dan dipegang teguh oleh para anggota organisasi tersebut.
      Teori II: Kinerja akan meningkat jika budaya perusahaan sesuai dengan konteks industrinya
      Teori III: Budaya yang adaptif mampu meningkatkan kinerja dalam jangka panjang

Perubahan budaya perusahaan
  1. penjelasan tentang rencana perubahan
  2. menunjuk kepemimpinan
  3. memprakarsai reorganisasi
  4. sosialisasi kepada semua pegawai untuk mengenalkan budaya yang baru
  5. melakukan analisis budaya
  6. melakukan dukungan untuk budaya baru

MANAJEMEN MULTIBUDAYA

Beberapa karakteristik manajer multibudaya, antara lain:
  1. Berpikir melampaui persepsi lokal;
  2. Selalu siap dengan pemikiran-pemikiran baru;
  3. Siap menyesuaikan diri dengan lingkungan serta gaya hidup yang baru;
  4. Bersedia menciptakan sinergi budaya kapan saja dan di mana saja;
  5. Bekerja efektif dalam lingkungan multinasional/multibudaya;
  6. Memimpikan kesempatan-kesempatan dan usaha-usaha transnasional;
  7. Menciptakan skenario untuk masa depan yang optimistik dan dapat diwujudkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar