Agama dalam bahasa Indonesia, religion dalam bahasa Inggris, dan din dalam
bahasa Arab merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata cara hubungan
manusia dengan Sang Pencipta (habl min Allah), hubungan manusia dengan manusia
(habl minan-nas), dan hubungan manusia dengan alam (habl min al-'alam).
Dalam studi tentang agama-agama, para ahli agama mengklasifikasikan agama ke
dalam beberapa kategori.
Menurut al-Maqdisi agama diklasifikasikan menjadi 3
kategori:
1) agama wahyu dan non-wahyu
2) agama misionaris dan non-misionaris dan
3) agama lokal dan universal
Berdasarkan klasifikasi manapun diyakini bahwa agama memiliki peranan yang
signifikan bagi kehidupan manusia karena di dalamnya terdapat seperangkat nilai
yang menjadi pedoman dan pegangan bagi manusia. Salah satunya adalah dalam hal
moral.
Moral adalah sesuatu yang berkenaan dengan baik dan buruk. Tak jauh berbeda
dengan moral, hanya lebih spesifik, adalah budi pekerti. Etika atau ilmu akhlak
adalah kajian sistematis tentang baik dan buruk. Bisa juga dikatakan bahwa
etika adalah ilmu tentang moral. Hanya saja perbedaan antara etika dan ilmu
akhlak (etika Islam) bahwa yang pertama hanya mendasarkan pada akal, sedangkan
yang disebut terakhir mendasarkan pada wahyu, akal hanya membantu terutama
dalam hal perumusan.
Di tengah krisis moral manusia modern (seperti dislokasi, disorientasi) akibat
menjadikan akal sebagai satu-satunya sumber moral, agama bisa berperan lebih
aktif dalam menyelamatkan manusia modern dari krisis tersebut. Agama dengan
seperangkat moralnya yang absolut bisa memberikan pedoman yang jelas dan tujuan
yang luhur untuk membimbing manusia ke arah kehidupan yang lebih baik.
Akhlak dalam prakteknya ada yang mulia disebut akhlak mahmudah dan ada akhlak
yang tercela yang disebut akhlak madzmumah. Akhlak mulia adalah akhlak yang
sesuai dengan ketentuan-ketentuanan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya
sedangkan akhlak tercela ialah yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan
Allah dan rasul-Nya. Kemudian dari pada itu, kedua kategori akhlak tersebut ada
yang bersifat batin dan ada yang bersifat lahir. Akhlak batin melahirkan akhlak
lahir.
Menurut al-Ghazali sendi akhlak mulia ada empat: hikmah, amarah, nafsu,
keseimbangan di antara ketiganya. Keempat sendi tersebut melahirkan prilaku
berupa: jujur, suka memberi kepada sesama, tawadlu, tabah, tinggi cita-cita,
pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, menghormati orang lain, qana’ah, sabar,
malu, pemurah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram.
Sedangkan empat sendi akhlak batin yang tercela adalah keji, bodoh, rakus, dan
aniaya. Empat sendi akhlak tercela ini melahirkan sifat-sifat berupa: pemarah,
boros, peminta, pesimis, statis, putus asa.
Akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari diwujudkan baik dalam hubungan dengan Allah, diri sendiri, orang tua, masyarakat dan alam.
Akhlak terhadap Allah, antara lain: tauhid, syukur, tawakal, mahabbah, hubungannya dengan diri sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri,
antara lain: kreatif dan dinamis, sabar, iffah, jujur, tawadlu
Akhlak terhadap orang tua, antara lain: berbakti, berbuat baik dan mendoakannya
Akhlak terhadap sesama manusia atau
masyarakat, antara lain: ukhuwah, dermawan, pemaaf, tasamuh
Akhlak terhadap alam, antara lain: merenungkan,
memanfaatkan.
Islam memberikan penegasan yang luar biasa terhadap urgensi akhlak. Ada
tidaknya manusia sangat ditentukan oleh akhlak yang dimiliki. Ketika seseorang
tidak berakhlak, maka keberadaanya dianggap tidak ada, begitu juga sebaliknya.
Rasulullah menyatakan bahwa tugas utama kerasulannya adalah
meluruskan/memperbaiki akhlak manusia. Innama bu'itstu li utammima makarim
al-akhlaq.
agama memang sangat erat kaitannya dengan moral. saya stuju kalo agama merupakan sumber moral yang paling utama. makasi share nya kak .. keren
BalasHapus